Jumat, 11 September 2015

Dimensi penantian

Sampai kapan bekas ini disini
Mengapa tak jua hilang 
Butuh berapa tahun lagi 
Agar hilang dan tak berbekas

Tak banyak yg kubarap
Hanya ingin semua pergi 
Dari ingatan atas masa lalu
Atas hati yg tak mampu termiliki

Doaku selalu untuk bahagiamu
Meski selalu kau curangi aku
Tapi hati tak pernah berdusta
Ada hati yg terus ingin bersamamu

Tlah ku sampaikan pada malam
Tlah ku kabar kan pada mentari
Salam rinduku
Untukmu meski tanpa suara

Aku tak mau yg lain mendengar
Aku hanya ingin kau saja yg tau
Bahwa hati masih tersenyum untukmu
Bahwa hati tak pernah berdusta

Meski raga tak mungkin termiliki 
Aku menantimu
Di dimensi yg berbeda
Nanti ... Dan jangan dustai aku lagi

Jumat, 04 September 2015

Ajari aku tersenyum

Aku belajar tersenyum saat menangis
Aku belajar berbicara saat ingin menjerit
Aku belajar ikhlas saat berputus asa
Aku belajar melangkah saat kaki terluka

Aku masih terus belajar
Belajar dalam kemandirian
Agar tetap ku berjalan tegak
Saat tak seorangpun sadar akan lelah ini

Aku tak mau melihat belakang
Sebab waktu tak juga mau mundur
Aku tak mungkin memaksa harapan
Sebab takdir berbicara lain

Keterbatasan ini 
Memaksaku untuk kuat mengalahkan 
Batu karang di laut sana
Mengikuti arah angin tanpa ku tau tujuan

Aku masih belajar menata hati dan harapan
Mungkin harus ku ukir kecil kecil saja
Agar saat terluka sakitnya masih mampu kuresapi tanpa perlu ku menangis

Tuhan masih disampingku
Masih mendengar  ceritaku
Masih tersenyum saat ku menangis
Dan masih disini saat dia pergi tanpa kata

Kamis, 03 September 2015

Hati yang terbagi

Yang terjadi adalah takdir
Yang tak mungkin di hindari
Yang terjadi adalah kekecewaan 
Atas dasar terkoyaknya kepercayaan

Dimanakah letak keutuhan hati
Bersandar pada mimpi indah
Aku terlalu berharap
Pada kenyataan yang pahit

Sudah ku buang harapan itu
Tak mungkin kumiliki
Keutuhan hati yang dulu ku cari
Mungkin memang tak pernah ada

Kekosongan ini
Membawaku pada kenyataan bahwa hidup tak seperti mimpi semalam
Datang dan pergi nya hati 
Tak pernah menyapa mentari atau rembulan

Lelapku pada sang malam yang dingin
Pesanku terhampar di langit pekat 
Melukis hati gapai asa di sana
Cuma itu yang mampu ku lakukan

Perlahan airmata hadir menemani
Tak kuharap hadirnya bersama
Aku bahkan lupa 
Dari mana kumulai mengisahkan ini semua

Rabu, 02 September 2015

Sandiwara nya..

Aku masih bertahan
Berjalan diatas kepalsuan cinta
Aku masih bernafas
Atas dasar ucapan dibibir

Aku masih berjalan
Sebab tak ada pilihan lain
Aku masih disini
Tanpa berharap cintaku terbalaskan

Aku miliki seunatai harapan
Tuhan akan mendengar doa doa ku
Tuhan masih tersenyum mananti seruanku
Aku yakin akan indah di ujung sana

Tegar kan aku Tuhan
Kuatkan aku Tuhan
Hilangkan airmata ini
Ku yakin ketulusanku akan ada arti
Nanti.....

Selasa, 01 September 2015

Jangan pergi..

Bintang malam adakah suaramu..?
Bulan yg bercahaya adakah kau temani..?
Adakah malam ini mampu ku membuka mata dalam mimpi
Meski dunia tak mampu ku rangkul
Dalam mimpi aku mampu melangkah pergi

Melepaskan semua itu
Mengikhlaskan keadaan
Menempatkan pada yg tepat
Menjalani dengan langkah pasti

Wahai dinginnya malam
Tetaplah tersenyum padaku
Jangan acuh saat aku lupa menyapa
Jangan pergi saat aku ingin sendiri



Andai hati mampu pergi

Tuhan...andai hati tak terkikis waktu
Adakah aku masih dalam lingkaran
Lingkaran keikhlasan
Saat memberi dan saat menerima

Tuhan...semudah itukah
Manusia berubah dari pandangannya
Tuhan...sudah tak ada lagi ruang
Dan tempat untuk ku bersandar

Tuhan...andai aku boleh memilih
Ingin sekali aku kau panggil 
Menamanimu disana...
Bersemayam di sana 

Peluklah aku ...
Panggillah aku Tuhan
Aku akan menghambakan diri 
Selama yg Kau mau...

Sebab terkubur sudah
Harapan dan kebahagiaan ku di dunia ini
Aku tak mampu lagi melihat
Bahagian mana kedamaian itu tercipta

Di sudut mana ada hati yg mencintaiku
Sudah tak ada hati yg peduli 
Akan airmata ini
Akan hati yg tlah lama mati dan terkubur